Jumat, 29 Mei 2015

KASIHKU

Jum'at, 29 Mai 2015





KASIHKU





Kasih ku
Tak akan pernah berenti di setiap detak jantung ku
Engkau adalah belahan jiwa ku
Yang selalu terlihat oleh mata batin ku

Kau yg memberi hidup ku selalu indah
Di setia cobaan yg ku hadapi
Senyumu bagai kan bulan dan mentari
Yg selalu menyinari kehidupan di setiap napas ku

Hidup ku penuh dengan keajaiban di setiap napas ku
Walau kasih telah pergi
Namun kau adalah tetap
Sebagai permata hati ku
yang tak ternilai harga nya.....

Oleh : Graccinia Julian's
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

SENYUMAN SENDU

Jum'at, 29 Mai 2015





SENYUMAN SENDU






Biduk pelangi hias langit menangis

Kerlipkan cahya di tengah butiran air hujan
Sendu haru rampas tawa lepas
Gerogoti hati yang semakin membiru
Entah apa arti yang terpangkas
Entah apa guna hati berkelana

Mata hati tertunduk enggan tuk kembali menatap ke depan
Enggan tuk kembali melangkah
Enggan tuk merayu

Andaikan tahu..
Hati bagai di ujung helaian daun tak bertangkai
Tersapu angin terbentur bebatuan
Tergores tajamnya luka batin

Tapi...
Segumpal cinta lumpuhkan kepiluan
Lukis sebait senyuman
Dan tuntun langkah hati sambut mimpi ^^

Oleh : Maria Magdalena Sari W
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Kamis, 28 Mei 2015

MENCINTAI ITU BUKAN BERARTI MEMILIKI

Kamis, 28 Mai 2015





MENCINTAI ITU BUKAN BERARTI MEMILIKI 






Aku mencintai mu,
seadanya diri mu tiada yang lain
nama mu indah terpahat di dalam
hal ini...

Aku mencintai mu..
bersama kerinduan tiada bertepi
dari pagi yang indah hingga malam
yang nyaman tiada terhitung rindu ini

Aku mencintai mu,
dari segala kelebihan mu
dan dari segala kekurangan mu

Aku mencintai mu,
tiada yang dapat ku persembahkan
tiada kata berkias seindah rembulan malam
tiada kata berkias seindah terbitnya mentari..

Aku cintai mu,
tanpa mengharap diri mu menjadi milik ku abadi..
kerana aku mencintai mu dengan,
hati yang paling iklas..
hanya pada mu sayang!

kerana ku tahu,
Mencintai Itu Bukan Berarti Memiliki..
Dan Semoga cinta ku akan setia hanya pada mu..

Oleh : JN 
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

TERIMA KASIH KARENA MENCINTAIKU

Kamis, 28 Mai 2015





TERIMA KASIH KARENA MENCINTAIKU





Wahai calon imamku,
Tuhan telah menciptakan
ªKu ditulang rusukmu,
Sebagai makmum dihidupmu
Dan sebagai ibu dari anak-anakmu kelak

Tetapi kita pahami,
Dalam kisah ini ada hal pelengkap
Terkadang hatiku ini berbinar disapa tawa dan candamu,
Terkadang hatiku terlukis emosi dan keegoisan yg hakiki,
Tak jarang pula pipiku diderai linangan tetesan beribu-ribu malaikat.

Taukah kamu?
Jauh didalam hatiku tersimpan rasa bersyukur
Karena ku telah dimiliki oleh mu,
Tak ada sedikit pun biasan penyesalan dalam mataku,

Senyumku melukiskan kebahagianku,
Tuhan,telah Kau ciptakan imam penegur salah,
Seorang ayah untuk anak-anakku,
Dan pria terhebat dihidupku,

Jika Tuhan memanggilku kelak,
Cintaku ini hanya untukmu dan tak kan pernah mati,
Ku selalu disisimu,
Terima kasih karena kau mencintaiku.

Oleh : Yunisyah Latiff
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Rabu, 27 Mei 2015

DISANA

Rabu, 27 Mai 2015





DISANA





Adakah disana angin menepis kulit
Adakah disana air membasuh wajah
Adakah disana cahaya menerangi
Bukankah disana gelap ?
Bukankah itu menakutkan ?
Namun, disanalah aku berada
Disanalah aku mencari
Disanalah aku bertahan
Disanalah cintaku
Yang gelap, sunyi, dan gersang
Disanalah aku terjebak
Sakit hati yang membutakanku
Namun, disanalah
Aku memenukan
Kedamaian, kesenangan, kedahsyatan
Arti cinta sesungguhnya
Disana
Kita

Oleh : Riska Oktaviana
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

MAAF

Rabu, 27 Mai 2015





MAAF






Rasa ini indah sebab dirimu
Dunia seakan merangkulku tuk mengenalmu,
Dalam,semakin dalam memanggilku
Mengetuk nurani yang gersang
Oleh siraman kasih yang kau tebar.
Adakalanya kupasung hasrat untuk padam
Namun cahya kalbumu telah merantaiku
Menembus atma,
Mendekap sukma,
Mengajakku bersandar padanya.
Kau bak mentari yang bersinar
Mengalahkan petang yang membayang,
Melebur duka yang berjangkit di benak.
Kau cahya jernih yang padamkan kesunyian
Disaat kutersesat karena keteguhan.
Kau mengubah benci menjadi suka
Akan hal yang enggan bagiku
Tentang rasa.
Namun maaf terucap
ketika hati terlalu membatu
tuk tak mengenalnya lagi.

Maaf….
Bila tutur ini bagai sembilu

Oleh : Oryzasativa
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Selasa, 26 Mei 2015

TATAPAN INDAH MATAMU

Selasa, 26 Mai 2015





TATAPAN INDAH MATAMU





Masih ingatkah dulu ketika kita bertemu
Saat itulah tatapan mata dan hati ini selalu tertuju padamu
Entah bagaimana harus kulakukan saat ini
Sejak dulu pun aku tak tahu harus berbuat apa

Aku merasa terlalu cinta, terlalu rindu
Namun rasa takut melebihi cinta itu
Apa daya tangan tak sampai
Hanya pengharapan yang kini ada dibenaku
Yaa ..hanya untuk menunggumu

Namun kini kukehilanganmu
Kau menjauh sejak saat itu
Menjauh dengan cintamu
Cintamu yg dulu pernah ada didekatmu

Entah sampai kapan cinta ini terdiam
Bak patung didasar lautan, yang hanya terombang ambing oleh keadaan
Dan hnya Membisu dari kehampaan cinta dunia

Kasih ..
Disini cinta ini masih ada untukmu
Meski cinta silih berganti menghampiri
Namun hanya seujung kuku yg kusibakkan untuk cinta itu
Seutuhnya ..segalanya hnya untukmu

Entah seberapa lamanya hati ini bertahan dan menahan suara indahku berbisik merdu ditelingamu
Kutahu kau juga mencintaiku
Sejak dari dulu
Sejak tatapan wajah dan mata hati kita pertama bertemu
Yaaa ..kumasih ingat saat itu

Oleh : Agus Darmawan
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

KETIKA AIR MATA MENETES

Selasa, 26 Mai 2015





KETIKA AIR MATA MENETES






Air mataku menetes
Dan terus menetes
Ketika aku berkata kalau aku kuat
Tapi semakin ku berkata begitu
Aku malah merasa semakin lemah
Tanpa sadar air mata ku menetes lagi

Air mataku menetes
Dan terus menetes
Ketika ku ingin melupakannya sejenak
Tapi semakin ku berkata begitu
Aku malah semakin mengingatnya
Tanpa sadar air mata ku menetes deras

Air mataku menetes
Dan terus menetes
Ketika aku berkata
Aku mencintaimu
Benar benar mencintaimu begitu banyak
Tanpa sadar air mataku menetes deras dan tak mau berhenti

Begitu sakitkah mencintaimu

Oleh : Arie Scowtiden
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Senin, 25 Mei 2015

AKU HANYA INGIN BERADA DISAMPINGNYA

Senin, 25 Mai 2015





AKU HANYA INGIN BERADA DISAMPINGNYA







saat aku bersamanya itu sudah cukup

saat dia hanya menatapku itu sudah cukup
aku tidak menginginkan cintanya
aku tidak menginginkan raganya
aku tidak menginginkan rayuan lembutnya

aku hanya ingin berada di sampingnya
aku hanya ingin melihatnya bahagia
walaupun dengan sisa tetes darahku
aku memujanya

hanya dengan airmata yang kutumpahkan
aku menjaganya
dengan seluruh jiwaku pun
aku mencintainya

aku tidak menginginkan kata-katanya
aku tidak meginginkan genggaman tangannya
aku melupakan semua
semua yang ada selain dirinya
aku hanya ingin berada di sampingnya

Oleh : Ageha
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

AKU INGIN

Senin, 25 Mai 2015





AKU INGIN






andai saja aku dilahirkan kembali dan boleh memilih
“aku ingin jadi apa?”

aku ingin menjadi seorang peri
aku ingin mengabulkan permintaanmu
aku ingin menghilangkan kegundahan hatimu
aku ingin kamu bahagia karena aku
aku tak ingin melihatmu menangis
aku tak mau berdiam diri melihat penderitaanmu

tapi..
aku tak sanggup seperti itu
aku tak mungkin menjadi peri
aku tak mampu membuatmu lepas dari keterpurukanmu

seandainya aku bisa berjumpa dengan peri
aku akan mnta tolong padanya
agar kamu bahagia dan keluar dari ruangan
yang membelenggumu
entah apapun syaratnya
akan tetap kupenuhi
untukmu..

Oleh : Lee Cha
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Sabtu, 23 Mei 2015

JAGALAH DIRI DENGAN BAIK

Sabtu, 23 Mai 2015





JAGALAH DIRI DENGAN BAIK






Sayang..
Jagalah dirimu dengan sebaik mungkin
Walaupun kita telah terpisah oleh keadaan
Tapi ku harapkan kau tetap tegar menjalani perjalanan hidupmu

Selamanya kau akan selalu aku cinta
Rasa sedihku saat aku terpisahkan denganmu
Ingin meneteskan air mata untuk terakhir kalinya
Untukmu segalanya adalah cinta yang tulus di dalam hati

Jangan menangis sayang..Mungkin saat ini kau dan aku terpisah untuk saling belajar
Karena aku tau semuanya akan kembali jika ketulusan cinta itu ada
Walaupun semuanya terasa tak mungkin terjadi

Semua tentangmu..
Canda tawamu, senyummu, tetesan air matamu dan kebahagiaanmu
Takkan pernah aku lupa
Segalanya kaulah dunia kasih sayangku

Cinta..
Selalulah tersenyum
Aku cinta kamu
Selamanya.

Oleh : Didiet Exlau
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

BIARLAH

Sabtu, 23 Mai 2015





BIARLAH







Terlalu banyak janji yang kita pugar
Terlalu banyak kenangan yang kita baharui
Terlalu banyak kata menyakitkan
Kadang tampak tak bermakna, menorehkan luka di dada

Biarlah kita relakan
Karena kata kita tak pernah lagi satu arti
Dan irama hidup kita telah berbeda
Kita harus menyerah pada kehampaan belaka
Meskipun hati tak pernah tahan untuk saling memeluk

Oleh : Anonim
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Jumat, 22 Mei 2015

BELAJAR MENGENALMU

Jum'at, 22 Mai 2015





BELAJAR MENGENALMU






Aku mengenalmu,
pada sebait angka tak kukenal,
di malam-malam langit basah,
dalam sebuah lingkar,
yang kusebut itu waktu.

Ini bukan akhir,
karna esok mentari,
kan hadir menyapamu.

Cukuplah aku menjadi kata,
menemanimu dalam sepi.
Cukuplah aku menjadi embun,
menyapamu dalam kesejukan.

Cukuplah aku!

Karna..
aku mengenalmu,
pada sebait angka tak kukenal.

Oleh :  Edelweis
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

ASA TENTANG CINTA

Jum'at, 22 Mai 2015





ASA TENTANG CINTA






ketika hati telah terbius oleh rasa
ketulusan tetap terjaga untukmu
sekalipun luka begitu terasa
namun hati tetap merindu
dalam kata-kata penuh makna

sekilas membahas asa
untuk menunggu bersama rindu
begitulah arti cinta dalam rasa
menunduk ikhlas untukmu

Oleh :  Psycho
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Kamis, 21 Mei 2015

BAGI KASIH TAUTAN HATI

Kamis, 21 Mai 2015




BAGI KASIH TAUTAN HATI









Ku bacakan mantra kudus bagi kasih tautan hati
Nun di buana seberang kini tempatmu
Kugenggam sosok bayang elok di pelupuk mata
Agar tangis tak lagi tetes menetes

Ku khusukkan semedi suci bagi kasih tautan hati
Nun di tasik kencana tempatmu berbasuh
Kurasakan tiupan gaibmu di tingkap jorong anak telinga
Bisikan itu mana kini?
Rinduku semakin teragak

Ku tabur kembang tujuh taman bagi kasih tautan hati
Nun di tepi rebat tempatmu berenung
Kucium aroma kasturi dari cecah beranjak
Agar luka tak lagi meruyak

Seuntai pantun sarat madah bagi kasih tautan hati
Nun di bawah aras terbangmu meninggi
ku tengadah lamun bayang tiada sepoi
Bias itu kapan tampak
Ratapku tiada gaung

Kubacakan mantra kudus bagi kasih tautan hati
Nun di buana seberang kini tempatmu
Kurebah jasad lunglai di atas lapit
Agar rindu tinggallah rindu

Oleh : M Muhar Omtatok
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

TERSUDUT SENJA

Kamis, 21 Mai 2015






TERSUDUT SENJA






Terlarut aku dalam buai semu
di kala sang fajar telah memudar diantara embun kala pagi itu
dua mata bertemu hingga kujatuhkan hati di antaramu
sungguh bahagia rasaku mencintaimu

Namun, setelah semuanya berlalu
kau derakan perpisahan padaku
tangis ini tak lagi membatu
hingga aku harus teriak merobek malam
dan tersungkur di sudut senja

Dengar sayang..
seribu kenangan itu telah terpatri dalam hatiku
hingga sulit ku terima kenyataan kau telah berlalu

Oleh : Nurya Santy
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Selasa, 19 Mei 2015

AKU

Selasa, 19 Mai 2015





AKU






Hujan jatuh menyapa bumi.
Membasuh hati kembang yg kerinduan.
Tanah yang kering kini basah.
Sang katak lantunkan tembang kenangan.
Bumi yg ramah kini terjamah hujan.

Basah..

Adakah kau sadar bulir air yg jatuh dari pipiku?
Itu air mataku yang tersapu hujan.
Benarkah aku tak penting untukmu?
Mengapa kau biarkan aku dijamah hujan?

Oleh : Awh
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

MASIHKAH

Selasa, 19 Mai 2015





MASIHKAH







Apa kabarmu?
masihkah kau menyimpan rasa
yang pernah kau utarakan pada sore itu
ketika beku menyelimutiku
dan kau menjadi ragu

Waktu menelan rasaku
yang kusembunyikan di tepian kalbu
kau menghilang begitu saja
menghenyakkan asa
tidakkah kau tahu aku terluka

Kutelusuri jua sisi hati
masih kutemukan kau disana
meski telah kucoba mencampakkan hingga tak tersisa
namun aku lemah diterpa bayangan
terhempas

Dimanakah cinta itu
akankah kau jabarkan kembali untukku
seperti sore itu

Oleh : Melia Efni
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Senin, 18 Mei 2015

Cerpen Cinta Sedih: "EVERLASTING"

Senin, 18 Mai 2015






"EVERLASTING"

Saat pertama kali gadis itu menginjakan kakinya dirumahku,  aku sudah menyukainya. Tak peduli bahwa ia adik angkatku, aku sangat menyukainya. Wajah lugunya serta senyum polos yang selalu ia tunjukkan membuat perasaan ini semakin tidak karuan. Bertahun-tahun aku menahan perasaanku karena aku tau mama dan papaku tidak akan pernah mengizinkannya sampai kapanpun.
Avia, gadis kecil yang dibawa orangtuaku dari sebuah panti asuhan itu kini tumbuh menjadi seorang wanita yang cantik dan lembut. Dari awal, aku tidak pernah bersikap baik kepadanya, aku tidak pernah menjawab ketika ia bertanya, aku tidak pernah menunggunya untuk berangkat ke sekolah bersama, dan aku tidak pernah menghiraukan keberadaannya...aku lakukan semua itu supaya aku tidak merasa bersalah karna telah menyukai adik angkatku sendiri.
Bahkan Raina, teman dekatku sejak SD menyalahkan perasaanku. Ia bilang bahwa aku rupayanya sudah gila. Ia bilang kenapa tidak orang lain dan kenapa harus adik angkatku. Aku hargai setiap perkataannya karena dia adalah teman baik ku, tapi aku bisa berkata apa? Inilah aku! Hatiku tidak akan berubah walau seluruh orang di dunia berkata cintaku ini mustahil!

“I’m sick of this life, i just wanna scream how could this happen to me...”
Simple Plan – Untitled


“kakak! Ka Niko! Ditunggu mama sama papa untuk makan malam dibawah. Cepetan ya kak!” Seru Via yang membuyarkan lamunanku saat itu.
Aku tidak menjawabnya, aku malah pergi ke rumah Raina dan makan malam disana. Orangtua Raina tidak keberatan harus semeja makan denganku karena mereka juga kenal dekat dengan keluargaku dan aku sering sekali berkunjung. Setiap hatiku sedang gundah gulana aku selalu menceritakannya pada Rai.
“gue ga tau ko mau kasih nasehat ke elo kaya gimana lagi...” ucap Raina merebahkan tubuhnya dan menutup wajahnya dengan bantal.
Aku mendekatinya dan menarik bantal itu dari wajahnya. “ayolah Rai! Gue mohon! Gue bener-bener suka sama Via. Gue juga ga tau kenapa Tuhan harus menakdirkan dia jadi ade angkat gue. Gue bingung banget Rai!”
“ini nasehat terakhir ko. Ada 2 pilihan. Lo mau nyatain perasaan lo atau mundur dan merelakan semuanya.” Yang dikatakan Raina memang benar. Aku tidak punya pilihan lain. Menunggu terlalu lama membuatku jenuh dan lelah. Aku hanya punya 2 pilihan itu dan harus segera ku putuskan yang mana yang akan aku ambil.
“gue nginep dirumah lo dulu ya Rai malam ini. Gue mau mikirin keputusannya.” Ujarku lalu menarik selimut dan bersiap tidur.
Tiba-tiba Raina mendorong punggungku dengan kakinya hingga aku terjatuh dari tempat tidurnya. “lo gila ko?! Tidur dibawah! Yang bener aja masa tidur bareng sama gue!” omel gadis itu. Terkadang aku berfikir dia sangat lucu kalau sedang marah-marah seperti itu. Aku tertawa dalam hati dan menuruti perkataannya.
“iya! Kejam banget sih lo kaya Belanda!” ledekku.
“biarin aja! Daripada elo bodoh banget ga pernah nyadar!” setelah membalas ledekanku Raina langsung menutupi dirinya dengan selimut. Apa maksud dia? Ngga pernah nyadar? Apa dia ngeledek aku yang ga pernah nyadar kalau menyukai Via adalah suatu kemustahilan?
Keesokannya aku berangkat sekolah bersama dengan Rai. Kami pergi dengan kendaraan umum. Menunggu lampu merah untuk menyebrang jalan raya yang dipenuhi mobil dan motor yang berlalu lalang. Aku menggandeng tangan Rai ketika lampu lalu lintas menunjukkan warna merah dan menyebrang melalui zebra-cross. Namun Raina menghempaskan tanganku ke udara. Ia melepaskan genggamanku dan berlari. Saat aku akan mengejarnya lampu itu berubah warna, kulihat datang sebuah truk berwarna putih dengan kecepatan tinggi tapi Rai tidak menyadarinya sampai truk itu mengklaksoninya.
Aku berteriak sekencang-kencangnya. “RAIINAAAAAA!!!”

“She’s lost in the darkness, fading away..I’m still around here screaming her name...”
*Within Temptation – Lost*
Syukurlah...syukurlah aku berhasil menariknya dan memeluknya sehingga tak terjadi sesuatu yang buruk kepadanya. Jika itu terjadi, aku tak tau harus berbuat apa. Dalam sekejap kaki dan tanganku membeku, aku masih terus mendekapnya erat. Dan aku bisa lihat ketakutan yang mendalam dimatanya. Ia menggigit kukunya dengan gemetaran, sedangkan orang-orang berkerumun mengelilingi kami.
“udah Rai, udah ngga apa-apa. Gue berhasil menyelematkan lo. Lo ga perlu takut lagi Rai.” Ucapku sambil membelai rambutnya.
“t-terimakasih Ko...terimakasih.” jawabnya terbata-bata. Raina memegang tanganku dengan kencang, dan ia menarik-narik seragamku. Untuk itu aku berinisiatif mengantarnya kerumah dan menyuruhnya beristirahat.
Setelah kejadian itu aku merasa aneh pada diriku sendiri. Tapi aku tidak menghiraukannya. Yang sekarang aku prioritaskan adalah mengungkapkan perasaanku pada Avia. Malam harinya aku teringat akan nasihat Rai, bahwa aku mempunyai 2 pilihan. Dan disaat aku ingin mengutarakan perasaanku, kenapa sekarang aku merasa ragu akan hatiku, kenapa aku ragu dengan perasaan yang sudah lama aku pendam ini? Aku terus memikirkannya. Akhirnya ku putuskan untuk tetap mengatakannya pada Via. Kemudian aku pun mendatangi kamarnya.
“ka Niko, ada apa? Tumben kakak ke kamar aku?” ujarnya yang sedang memegang buku pelajaran Biologi. Aku menghampirinya dan duduk disampingnya.
“Via, tolong dengerin kakak...karna kakak gak akan mengulangnya.” Kataku tak berani menatap adik angkatku itu.
“iya, Via pasti dengerin kakak. Kenapa ka? Ada apa?” jawabnya penuh rasa penasaran.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan menelan ludah. “aku sayang sama kamu Via.”
“aku juga sayang kakak. Aku kira selama ini kakak benci sama aku. Tapi aku lega ternyata kakak sayang sama aku.” Avia menjawabnya dengan mudah sambil menorehkan senyum polos diwajah cantiknya kemudian memelukku.
Aku kembali menarik nafas dan berusaha menjelaskan bahwa perasaanku ini lebih dari rasa sayang seorang adik-kakak. “kakak sayang kamu sebagai seorang wanita Via! Aku cinta kamu!” Tampak wajah Avia begitu kaget mendengar pernyataanku. Ia tak menjawab sepatah kata pun. Ia melepaskan pelukannya. Ia tidak menoleh ke arahku sama sekali. Meskipun aku telah ditolak, tapi aku merasa beban yang ku pikul selama ini telah sirna. Walaupun aku tidak langsung bisa melupakan perasaan yang sudah sangat lama ku pendam tapi aku yakin perlahan waktu akan mengembalikan keadaan seperti semula.

“Nobody said it was easy..no one ever said it would be this hard, Oh take me back to the start...”
*Coldplay – Scientist*

            Keseharianku berjalan seperti biasanya, untunglah ada Raina yang selalu bersama denganku. Sejak kejadian itu Via tidak berubah, ia tetap menegurku dengan senyum cerianya. Aku sungguh bersyukur dia tidak marah terhadapku dan kami pun perlahan menjalin hubungan selayaknya adik-kakak. Dan tahap demi tahap, perasaanku terhadapnya memudar. Mungkin kalau aku menceritakan kisah konyolku ini kepada semua orang mereka pasti akan berkata “yang kau alami itu Cinta Buta.” Jika kembali ke masa lalu aku jadi geli sendiri mengingat bagaimana bisa aku menyukai adik angkatku.
            Namun aku tak sependapat bahwa Cinta itu Buta. Cinta tetaplah cinta. Cinta itu suci. Terkadang manusia seperti akulah yang tidak pandai melihat ataupun menyadari yang sedang ku alami benar cinta atau hanya perasaan ingin memiliki semata. Karna jika berbicara tentang cinta, berarti kita juga membicarakan 2 orang yang memiliki perasaan yang sama. Aku cinta kamu, dan kamu cinta aku. Dan cinta yang pernah aku miliki dulu adalah “Aku cinta kamu, tetapi kamu tidak cinta aku.”
            “hayooo!! Ngelamun aja sih ko!” ternyata Raina yang mengagetkanku dari belakang. Tanpa rasa bersalah ia malah mencubit pipiku dan cengengesan.
            “awhh.. sakit tau Rai!” keluhku sambil mengusap pipiku yang merah karena dicubit gadis satu itu.
            “masih ada rasa yang tertinggal sama adik angkat?” ucapan Raina membuatku tak dapat bergeming. Keheningan menghiasi kami saat itu. Tapi tindakan Raina lebih-lebih membuatku terkejut. Ia mendekatiku dan memelukku. Aku...mataku seperti hampir mau copot karna saking kagetnya. Aku tak bisa begerak, tubuhku mati kukuh, namun aku merasakan sesuatu...suatu kehangatan yang mampu menenangkan hatiku...
            “jangan menderita karna dia, karna banyak orang lain yang berlomba untuk menyayangi elo Ko, termasuk gue...” setelah mengutarakan kalimat itu lalu ia pergi, sedangkan aku...aku tak dapat mengatakan apa pun...aku tak tau mengapa jika berada didekatnya aku hanya bisa terdiam.
            Ya, aku memang masih menyukai Avia. Tapi, aku kira seseorang baru saja menghapus perasaan itu. Seseorang yang tidak kuduga... bahwa ia mampu melakukan hal besar terhadap diriku. Aku tidak peka selama ini. Maafkan aku Rai...

Aku ingin kau selalu ada untukku...
Yah, walaupun tanpa ku katakan kau pasti selalu menemaniku...
Namun kali ini berbeda,  aku sadar siapa yang sebenarnya aku sayangi...
Aku tidak benar-benar menyukai Avia, dulu itu hanya perasaanku sesaat karna kau pergi meninggalkan aku tanpa kabar sedikitpun...

“How did we lose our way, how did we fall apart...”
*All 4 One – Smile Like Monalisa*

                “Rai! Rai mau kemana! Rai kan tau Niko ga punya temen selain Rai!”
            “maafin aku Ko, tapi aku harus tinggalin kamu lagi. Semua ini aku lakukan supaya kamu menyadari siapa yang benar-benar kamu cintai. Da-dah Niko...”
            Suara itu...wajah Raina...tapi mau pergi kemana lagi dia?!
            “jangan pergi lagi Raiiiii !!!” jeritku yang terbangun tengah malam dari mimpi yang begitu menyesakkan dadaku. Bagaimana bisa aku bermimpi seperti itu? Pikirku tak percaya. Ku tengok handphone yang saat itu bergetar. Ternyata sms dari Raina.

From : Raina Denniele
Hei, ko. Maaf membangunkanmu tengah malam, tapi aku hanya ingin menyampaikan satu hal. Tolong datanglah kerumahku nanti pagi, aku ingin mengucapkan satu permintaan.


            Ketika aku membalas sms-nya, tidak ada laporan terkirim sama sekali. Berulang-ulang aku mengirimnya hasilnya tetap sama. Karena penasaran, akhirnya aku menelfonnya...tapi nomernya tidak aktif. Aku benar-benar bingung. Permainan apa lagi ini Rai?! Gumamku.
            Sial, semalaman aku tidak bisa tidur nyenyak karna perempuan merepotkan itu. Aku terus menggerutu sepanjang perjalan kerumah Raina. Saat mengendarai mobil tiba-tiba melintas seekor kucing yang membuatku terhentak kaget dan aku langsung menginjak rem. Aku keluar dari mobil dan syukurlah aku tidak menabrak binatang itu, ketika berbalik menuju mobil aku kembali dibuat terkejut... Raina?!
            “Rai, kok lo bisa disini? Bikin gue kaget aja!” ucapku agak sedikit terkejut.
            “ah, kebetulan aja ko. Gue abis kerumah seseorang.” Tumben sekali dia tidak cerwet. Hari ini Rai kelihatan agak aneh.
            “ayo gue anter lo pulang Rai.” Kataku menggandeng tangan Raina.
            “jangan sekarang ko, gue mau pergi ke suatu tempat sama lo, boleh kan?” pintanya.
                “karna sekarang hari minggu kayanya boleh juga sekali-kali kita jalan, lagipula udah lama kita ga jalan bareng. Okedeh, lo mau kemana? Gue anter.” Tuturku yang memasuki mobil bersama Rai.
                “gue...mau ke taman hiburan ko.”
                “wah seru tuh! Gue juga udah lama ga kesana, terakhir kali sama lo pas kita umur 10 tahun hehe.” Lalu aku langsung menancap gas menuju salah satu taman hiburan di daerah Jakarta Utara. Kami  menaiki semua wahan, mulai dari yang kekanak-kanakan seperti gajah terbang, bom-bom car, istana boneka, sampai yang menyeramkan seperti halilintar, tornado, dan kora-kora. Sudah lama sekali aku tidak ketempat ini, dan aku merasa sangat nyaman...nyaman berada di dekat Rai.

“All my agony fades away when you hold me in your embrace...”
*Within Temptation – All I Need*
         
            Wahana terakhir yang kami naiki adalah Bianglala. Jujur, sebenarnya aku paling takut naik wahan ini dari dulu. Tetapi aku bukan anak kecil lagi, jadi aku memberanikan diri agar Raina tidak menganggapku pengecut.
            “lo ga takut lagi ko?”
            “enggaklah! Gue kan udah gede! Emangnya gue masih anak-anak!”
            Raina tertawa kecil, lalu ia berkata. “baguslah kalau begitu. Hari ini gue seneng banget ko, terimakasih ya..” Ia menghampiriku dan memelukku. Namun sekarang aku tidak hanya terdiam, aku membalas pelukannya. Dengan erat aku mendekap gadis itu. Entah mengapa rasanya aku ingin menangis ketika ia melepas pelukannya.
            “lo masih inget kata-kata gue kan ko? Jangan menangis untuk orang yang gak benar-benar lo cintai. Jangan menderita karena seseorang yang lo cintai meninggalkan lo. Karena gue akan selalu ada untuk lo, sampai kapanpun...”
            Sungguh, aku tidak dapat menahan tetesan air mata yang hangat perlahan mengalir dipipiku. Aku merasa sedih saat Raina mengatakan hal itu. Kemudian ia kembali memelukku, lebih lama dan lebih dalam dari sebelumnya. Ini adalah momen yang tidak akan kulupakan.
            Setelah puas seharian jalan bersama Raina aku pun mengantarkannya pulang, tapi aku tidak sampai ke rumahnya, hanya di depan gapura perumahan karna aku sudah keburu cape dan ingin cepat-cepat berbaring ditempat tidur. Sesampainya dirumah aku mendapati orangtuaku dan Avia dengan wajah gelisah sedang duduk diruang keluarga. Begitu melihat aku sudah pulang, mama langsung menghampiriku.
            “ya ampun Niko! Kamu kemana aja sih dari pagi?! Mama telfonin tapi nomer kamu gak aktif! Kamu tuh habis dari mana?!” yang namanya mama kalo udah ngomong ga ada titik komanya. Aku jadi bingung mau jawab yang mana dulu.
            “aku abis...” belum selesai menjawab Avia menyela pembicaraanku dengan mama.
            “kakak Rai meninggal kak. Dia kecelakaan tertabrak Truk tadi pagi.” Sela adikku.
            Gelap, dunia ini seakan berubah kelam bagiku. Bagaimana mungkin?! Tadi pagi, hah?! Sedangkan Raina baru saja menghabiskan waktu bersama denganku! Mereka pasti salah! Mereka pasti membohongiku! Aku jatuh tersungkur, membenamkan wajahku kedalam kedua telapak tanganku.
Rai, mana mungkin...mana mungkin ini terjadi kepadamu, iya kan Rai?! Jawab aku Raina?!!!
Tolong jangan tinggalkan aku Rai...


“Place and time always on my mind.. I have so much to say but you’re so far away...”
*Avenged Sevenfold – So Far Away*
            Keesokan paginya aku dan keluarga mendatangi rumah Raina yang terpampang bendera kuning. Banyak orang-orang yang berdatangan untuk memberikan doanya. Disamping peti kayu yang dingin itu aku melihat Om Johan dan Tante Lucy sedang menangisi anak mereka. Terutama Tante Lucy, ia tampak kehilangan dan Om Johan berusaha terlihat tegar sambil menyemangati istrinya.
            Kaki ku tidak mampu bergerak selangkah pun. Rasanya aku tidak sanggup harus melihatnya. Aku tidak berani menghadapi semua ini sendiri. Tapi Avia menggengam tanganku, ia tersenyum padaku seolah memberikan kekuatan kepadaku.

Melihatmu terbujur kaku berhiaskan gaun putih dan bunga yang kau pegang... kau sungguh cantik Rai.. benar-benar seperti malaikat. Setidaknya aku sangat senang karna sebelum kau pergi kau menemuiku lebih dahulu dan menghabiskan waktu bersama denganku..
Tidak ada lagi yang dapat kukatakan Rai. Disatu sisi aku memang kehilanganmu tapi disisi lain aku ingat perkataanmu bahwa aku tidak boleh menderita jika orang yang ku cintai pergi meninggalkan aku, karena kau sebagai orang yang ku cintai akan selalu ada dihatiku.
Tidurlah dengan damai, bawalah seluruh kenangan kita bersama kepergianmu. Jangan pernah lupakan aku dari hidupmu. Tetaplah berada dihatiku selamanya, karena aku tidak akan pernah menghapusmu dari ingatanku.
Aku yakin Rai, seseorang yang mencintaiku telah menungguku diluar sana.. meskipun aku sekarang belum menemukannya, tapi satu yang pasti bahwa tidak akan pernah ada yang bisa menggantikanmu...
***
Gadis itu memberikan kecupan lembut yang terakhir di pipi Niko tanpa sepengetahuannya. Ia menangis untuk yang terakhir kalinya dan terbang jauh menembus awan.
“Ko, aku minta maaf karna aku tidak bisa berada disismu selamanya sampai kapanpun seperti perkataanku, tapi aku akan selalu mengawasimu dari atas sini ko...aku akan menyaksikan sendiri kau bersama orang yang benar-benar kau cintai hidup berdampingan...rasanya aku tidak sabar menunggu akan hal itu..selamat tinggal Niko...”

“I hope it's worth it, what's left behind me...
I know you'll find your own way when I'm not with you...”
*Avenged Sevenfold – Fiction*

Oleh : Bella Danny Justice
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Cerpen: PENGORBANAN AYAH

Senin, 18 Mai 2015






PENGORBANAN AYAH

Ayah
Aku terus melihat ayah dengan sebal saat dia melambaikan tangannya pagi itu untuk berangkat berdagang sayuran di pasar. Aku benar-benar menyesal telah dilahirkan dari rahim seorang wanita berkeluarga miskin. Sekitar lima bulang lalu, ibu pergi untuk selama-lamanya. Saat kepergian ibu, sama sekali tidak ada air mata yang menetes dari mataku. Aku benar-benar benci keluarga miskin ini! ucapku dalam hati. Setelah ayah sudah berbelok, aku langsung berangkat sekolah. Bagaimanapun juga, aku tidak ingin terlihat bareng dengan pedagang sayur itu.

Di sekolah seperti biasanya. Saat istirahat aku hanya duduk diam di kelas. Aku sama sekali tidak dikasih uang jajan. Penghasilan ayah yang pas-pasan setiap harinya, hanya bisa untuk beli makan untuk di rumah saja. Bekal pun tidak ada. Aku rasa Tuhan tidak adil! Aku benar-benar muak dengan hidupku sekarang! Ingin sekali rasanya aku kabur dari rumah dan mencari keluarga baru yang kaya raya. Tapi aku rasa itu tidak mungkin. Ongkos untuk kabur pun aku tidak punya.

Saat pulang sekolah, ayah sudah pulang duluan. Kulihat ayah memandangi foto ibu yang telah usang. “Dia itu udah mati! Percuma kalo foto diliatin gitu juga nggak bakal ngebuat dia hidup lagi!” teriakku kemudian langsung masuk ke kamar dan membanting pintu kesal. Terdengar suara tangisan ayah. Tapi aku sudah tidak peduli lagi. Aku kemudian tidur sambil menutup kepalaku dengan bantal gepeng yang usang.

***

“Dasar anak tukang sayur! Udah miskin sok ngatur-ngatur lagi lo! Pergi lo dari kelompok gue!” teriak Metha, salah satu temanku, dia memang anak orang kaya. Kemudian aku pergi dari mejanya. Percuma juga jika aku meladeni bentakannya itu, yang ada teman-teman pasti akan menertawaiku karena ucapan Metha yang menjelek-jelekkanku. Aku pun tidak akan menangis dengan ucapan Metha tadi. Ucapan-ucapan seperti tadi sudah menjadi makanan sehari-hariku. Yah, beginilah kehidupanku. Penuh dengan ejekan. Semua ini karena keluargaku yang miskin! Aku benar-benar stress karena kemiskinan!

“Heh! Ganti pekerjaan kek, Bapak! Aku malu denger semua ocehan temen-temen! Mereka selalu bilang kalo aku anak tukang sayur! Aku malu, Pak! Malu!” teriakku pada ayah sepulang sekolah.

“May, udah sepuluh tahun Bapak kerja seperti ini. ini memang sudah pekerjaan Bapak, May. Mana mungkin bapak menggeluti pekerjaan lain. Bapak juga tidak punya keahlian, May. Maafkan Bapak” sahut ayah sambil menangis. Aku benci ucapan ayah itu! Bukan itu yang aku mau!

“Bodo amat! Pokoknya Bapak nggak boleh jadi tukang sayur lagi!” bentakku kemudian masuk ke kamar dan membanting pintu. Di kamar aku menangis. Meratapi nasibku ini. Kenapa buruk nasibku ini? aku benci! Aku benci semuanya!

Paginya kulihat ayah duduk di depan. Dia tidak pergi ke pasar hari ini. “Pak? Nggak jualan?” tanyaku. Ayah kemudian tersenyum padaku. “Bapak udah nggak jualan sayur, May. Kamaren kan kamu yang bilang supaya Bapak nggak jualan sayur. Sekarang Bapak jualan koran. Dan sebentar lagi juga Bapak berangkat” ucap ayah kemudian. “Ish, dasar! Maksud gue nggak usah jualan sayur, ya jangan jualan koran! Jadi insinyur kek! Biar kita kaya! Kaya raya, Pak!” bentakku kemudian. Ayah menundukkan kepalanya. Sebal melihat ayah, aku langsung pergi untuk berangkat sekolah. Kemudian ayah memegang pundakku dan menyodorkan tangannya. Aku sudah kesal dengan ayah bego itu! Aku tetap pergi tanpa salim padanya. Aku benci dia!

***

Tiga bulan kemudian, ayah berganti pekerjaan sebagai tukang koran. Sama saja! Hidupku tidak berubah sama sekali. Sama seperti dulu. Tidak dapat uang jajan, jarang makan dan tidak ada uang untuk kabur dari rumah! aku benar-benar stress ada di rumah! mau pergi juga pergi kemana? Aku sama sekali tidak ada uang. Bosan sekali aku di rumah ini!

Ayah pulang kemudian duduk di kursi sambil mengelap mukanya yang bercucuran peluh. “May, tolong ambilin Bapak minum. Bapak capek sekali, May” ucap ayah kemudian. “Heh! Enak aja nyuruh-nyuruh lo! Kalo haus, ya ambil minum sendiri! Punya kaki kan? Kalo Bapak nggak punya kaki, baru aku ambilin!” teriakku kemudian pergi meninggalkan ayah sendiri. Kemudian aku pergi keluar rumah. Aku duduk duduk di kursi depan. Sebal rasanya aku dengan ayah. Sudah miskin, sok jadi raja lagi! Minum saja minta ambilin! Punya kaki kenapa harus minta ambilin?! Dasar ayah tidak berguna! Ucapku dalam hati dengan kesalnya.

Besoknya tiba-tiba ayah pulang dengan babak belur. Ayah meringis kesakitan sambil memegang lukanya. Kemudian aku menghampirinya dan bertanya, “kenapa, Pak?”. “Bapak tadi berantem, May. Ada orang yang mengambil barang berharga punya Bapak” jawab ayah sambil meringis kesakitan. “Ish! Ngapain coba pake berantem segala?! Kayak anak kecil aja! rebutan barang lagi! Anak kecil banget tau nggak!” bentakku benar-benar sebal. Dasar orang tua! Sudah tua bukannya banyak nyari uang, malah berantem kayak anak kecil! Bentakku dalam hati. Ih! Aku benar-benar kesal dengan ayah! Sudah tua, miskin, kerjanya hanya merepotkan saja! Rasanya aku ingin cepat kabur dari rumah ini! Rumah gubug ini!

Malam harinya, terbelesit pikiran nakalku. Aku tau bagaimana cara kabur dari rumah kali ini. aku berjinjit masuk pelan ke kamar ayah. Kulihat ayah sedang duduk di kursi depan. Saat di kamar ayah, aku langsung mengobrak-abrik lemari baju ayah. Kucari-cari sesuatu itu. Dan akhirnya... ya! Aku berhasil mendapatkannya! Uang itu, uang untuk kabur itu. Aku berhasil mendapatkannya. Selamat tinggal miskin! Ucapku dalam hati sambil tertawa tidak bersuara. Kemudian kumasukan uang itu ke dalam saku baju. Aku bergegas keluar dari kamar ayah. Saat hendak keluar, tiba-tiba ayah sudah ada di depanku. Aku terkejut melihatnya.

“Kamu kenapa ke kamar Bapak?” tanya ayah padaku. Aku memikir-mikir alasan apa yang masuk akal.

“Emangnya nggak boleh apa ke kamar Bapak?! Miskin aja pake rahasia-rahasian segala! Dasar miskin!” bentakku kemudian. Aku segera masuk ke dalam kamar.

Ku hitung-hitung, uangnya berjumlah empat puluh lima ribu. Untuk apa ayah menyimpan uang sebanyak ini? dasar!. Aku berencana, nanti pagi-pagi sekali pergi dari rumah ini. niatku sudah mantab! Aku akan pergi dari kemiskinan ini! pergi dari ayah yang tidak berguna itu! Ucapku dalam hati dengan mantabnya.

Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap. Saat hendak keluar kamar, tiba-tiba ada perasaan tidak enak. Aku tidak tau kenapa begitu. Hatiku ini, seperti bilang jangan pergi. Aku takut jika nanti terjadi apa-apa dengan diriku. Setelah lama dilema, akhirnya aku putuskan untuk tidak jadi pergi dari rumah. uang ini, lebih baik aku simpan sendiri saja. Cukup untukku membeli baju. Apalagi.. sebenatar lagi hari ulangtahunku. Aku juga ingin bersenang-senang di hari ulangtahunku. Akhirnya aku menyimpan kembali uang itu. Dan tidak jadi pergi dari rumah. sangat kusesali juga. Tapi.. yasudahlah, mungkin memang ini belum waktunya untuk kabur dari rumah.

***

Seminggu kemudian, tepat di hari ulangtahunku, aku berdandan serapih mungkin. Hari ini aku akan pergi ke pasar untuk membeli baju dengan memakai uang yang ku simpan itu. Saat di perjalanan, tiba-tiba salah seorang tetanggaku menghampiriku dan berkata, “May, May tunggu! Jangan pergi dulu! Emm.. heh.. emm.. anu... Bapakmu.. heh.. Bapakmu.. kec.. kecelakaan!”. Aku terkejut dengan ucapan itu. Entah kenapa aku sedih dengan ucapan tetanggaku itu. Seharusnya aku senang karena ayah kecelakaan! Jadi tidak ada yang merepotkanku lagi. Tidak ada wajah yang menjengkelkan aku lagi. Tapi kali ini.. aku malah sedih. Saat diajak menengok ayah pun aku mengikuti. Kenapa ini? tanyaku pada diri sendiri.

Air mataku menetes saat melihat ayah terbaring di kasur rumah sakit. Lukanya ada dimana-mana. Diselimutnya, masih terbekas darah segar bekas darah ayah. Aku langsung menghampiri ayah. Air mataku terus mengalir sedih. Entah mengapa, aku kasian melihat ayah terbaring seperti ini. Memeluknya.. aku malu sekali melakukan itu. Padahal aku sangat ingin melakukan itu.

Sejam kemudian, ayah sadar. Kemudian dipanggil-panggilnya namaku. Aku pun segera menghampiri ayah. “May, coba tolong liatin kaki Bapak. Bapak merasa tidak nyaman, May. Bapak bener-bener minta tolong kali ini” pinta ayah kepadaku. Kemudian, kubuka selimut ayah dan betapa terkejutnya aku. Kaki ayah.. kaki ayah.. kaki ayah hanya tinggal sedengkul. Kaki ayah ternyata diamputasi. Ayah tidak punya kaki lagi sekarang. Air mataku kembali mengalir saat melihat keadaan kaki ayah sekarang. Tanpa malu, aku langsung memeluk ayah. Sakit hati ini memeluknya. Mengingat perlakuanku kepadanya dulu.

“May, Bapak haus. Tolong ambilkan minum untuk Bapakmu ini, Nak. Kamu sendiri yang bilang kan, jika Bapak tidak punya kaki, kamu yang akan mengambilkan minum untuk Bapak. Sekarang.. Bapak tidak punya kaki lagi, May. Tolong ambilkan minum untuk Bapak, Nak” ucap ayah menangis. Melihat ayah menangis, aku pun jadi ikut menangis. Kemudian kuambilkan minum ke meja. Hatiku kembali sakit mendengar perkataan ayah barusan. Ayah benar. Dulu aku memang pernah berkata seperti itu. Sekarang, aku benar-benar sedih mengingat kata-kataku dulu itu pada ayah.

Ayah kemudian memegang tanganku erat. Kemudian disuruhnya aku mengambil sesuatu di bawah tempat tidur ayah. Saat kulihat, ada baju disana.

“Untuk siapa ini, Pak?” tanyaku kemudian bingung.

“Itu.. untuk..mu, May. Se.. selamat ulangta... hun ya, May. Maaf se... kali karena Bapak hanya bi.. bisa memberi itu untuk... mu” jawab ayah terbata-bata. Aku kembali menangis mendengar ucapan ayah. Kemudian aku peluk ayah dengan erat. Kuucapkan terima kasih pada yah.

“Se.. sebenarnya, uang ya.. ng kamu ambil wak... tu it.. tu, mau Bapak ku.. pulkan un.. untuk membeli kado un.. untukmu, Nak. Bapak ta..u karena saat Bapak li... at lemari, u... uang itu sudah ti.. tidak ada” ucap ayah lagi. Kemudian aku merasa bersalah dengan ayah.

“Maapin aku, Pak. Aku nggak tau kalo uang itu untuk beli kado buat ulangtahunku. Maap, Pak” ucapku malu. Ayah hanya tersenyum padaku. Kemudian dipeluknya aku. Aku sangat merasa bersalah pada ayah. Kenapa aku.. bisa dengan gampangnya berlaku tidak sopan pada ayah dulu? Kelakuanku.. sama saja dengan setan! Aku pun mengumpat diriku sendiri.

Setelah beberapa jam di rumah sakit, kemudian ayah memanggilku lagi. Aku segera berdiri dari kursi tunggu dan mendekati ayah. Kemudian ayah berkata.

“Jaga dirimu baik-baik, May. Maaf karena Bapak tidak bisa menemanimu selamanya. Untuk kedepannya, Bapak akan menemani ibumu disana, May. Di tempat yang jauh itu. Bapak sudah memaafkan semua kesalahanmu. Semua kata-kata kasar darimu, May. Karena Bapak tau, kamu bersikap begitu karena Bapak juga yang hidup miskin begini. Sekarang, kamu bisa tenang tanpa Bapak, May. Bapak sangat menyayangimu. Semoga nantinya kamu bisa tumbuh sebagai wanita yang soleha, May”. Setelah berucap kemudian ayah tersenyum padaku. Sebelum akhirnya... dia memejamkan matanya dengan kedamaian.

“Bapakk!!!! Bapak!!! Jangan tinggalin May, Pak!!! Bangun, Pak!!!! May takut sendirian, Pak!!! May minta maap dengan semua kata-kata May, Pak!!!!! Bapak bangun!!!!! Bapakkkk!!!!!!” teriakku sambil menggoyang-goyangkan tubuh ayah. Tapi ayah sudah tidak mendengar teriakanku lagi. Dia tetap tertidur. Dia diam tidak bergeming. Aku menangis. Kemudian teringat kembali saat aku mengatakan kata-kata kasar kepada ayah. Ayah yang selama ini ternyata selalu menyayangiku. Ini ulangtahun terakhirku bagi ayah. Dan dihari ulangtahun ini, terakhir kalinya aku melihat ayah. Kado terakhir ini... akan aku kenang sampai aku mati. Bapak, maafkan aku, ucapku dalam hati. Tak kuasa aku menahan tangis ini. Ayah sudah tidur untuk selama-lamanya.




Pertama mendengar suara tangisanmu, sujud sukurku pada-Nya..

Pertama kali menggendongmu, hati ini begitu terasa senang..

Pertama kali melihatmu tumbuh, aku berdoa pada-Nya..

Berdoa semoga kau jadi anak yang berguna, Nak..

Semua akan ku korbankan demi dirimu..

Walau nyawaku sekalipun, akan kukorbankan untukmu..

Untuk membuatmu senang..

Melihat senyummu, sangat membuat hidupku berarti..

Melihat air matamu, membuat duniaku ikut bersedih..

Nak, isilah hari-harimu dengan senyum dan tawa..

Aku menyayangimu, anakku...
Selamanya akan tetap menyayangi dirimu..

Oleh : Natania Prima Nastiti
Diposkan oleh : Teddy Silvanus

Sabtu, 16 Mei 2015

Cerpen Cinta Remaja: My Prince in Dreamland

Sabtu, 16 Mai 2015






My Prince in Dreamland

“Uuh…!” keluh Karin seraya membanting tasnya yang lengket karena ditempeli permen karet tadi pagi.
“Gara – gara Kak Radith lagi, Kak?” Tanya Nayla, adik Karin, yang juga masih mengenakan seragam putih birunya. “Sabar ajah, deh, Kak! Satu setengah tahun lagi lulus…”
“Satu setengah tahun itu masih lama, tau!” seru Karin yang masih cemberut, seraya meraih laptopnya.
“Pasti mau chatting sama ‘Sang Pangeran’ itu lagi!” tebak Nayla. Karin hanya tersenyum. “Siapa, sih, Kak, Prince Eric itu sebenarnya? Kakak masih belum ketemu sama orangnya?” Tanya Nayla lagi.
Karin tersenyum melirik Nayla. “Iya, sampe sekarang kakak emang belum ketemu orangnya. Tapi yang jelas, dia asyik!”
               Sekarang ia memang punya agenda baru setiap pulang sekolah. Yaitu chatting dengan teman barunya, Prince Eric. Menurut Karin, orang yang menamai akun Facebooknya dengan nama Prince Eric itu memang orang yang asyik diajak mengobrol. Tak jarang Karin juga curhat kepadanya. Sejak mengenal Prince Eric, bebannya sepulang sekolah serasa berkurang. Ia jadi lumayan bisa melupakan kekesalannya kepada Radith, teman sekolahnya yang super jahil itu.
               Karin mengenal Prince Eric dari sebuah grup di Facebook yang bernama It’s Dreamland. Grup orang – orang yang menyukai cerita fiksi. Di sana hampir semua member menamai akun Facebooknya dengan nama tokoh favoritnya. Termasuk ia yang menamai akunnya Princess Sugarplum, putri di cerita Nutcracker. Tanpa disangka, ia juga berkenalan dengan seseorang yang menamai akunnya Prince Eric, pangeran di cerita Nutcracker.
“Yippie!” seru Karin tiba – tiba, yang membuat Nayla menjatuhkan novel yang dibacanya.
“Ada apa, sih, Kak?! Bikin orang jantungan ajah!” sungut Nayla.
“Ada kabar bagus, Nay! Dia ngajakin ketemuan!”
“Siapa? Oh… ‘Sang Pangeran’, ya?”
Karin hanya tersenyum. “Katanya, dia ngajakin ketemuan di taman kota, besok jam 5 sore. Dia akan bawa kado special…”
“Ciie…jangan – jangan dia bakal langsung nembak kakak besok! Di taman, waktu pesta kembang api malam – malam…So Sweet!”
“Iih…apaan, sih?!”
               Sampai malam, Karin terus memikirkan hal itu. ia benar – benar penasaran, siapakah Prince Eric yang selama ini dikenalnya itu? Bahkan, sampai esoknya di sekolah ia masih memikirkan hal tersebut. Karin jadi tak terlalu konsen ke pelajaran. Tapi anehnya, Radith, yang biasanya tak pernah absen untuk mengisenginya, kini sama sekali tak bertingkah.
               Waktu yang dinantikan pun akhirnya tiba. Tepat pukul 04.30 sore, Karin langsung berangkat dari rumahnya.
“Ciie…yang mau ketemu sama si doi!” goda Nayla. Karin hanya melirik adiknya, seraya tersenyum, tanda mengiyakan.
               Dua puluh menit kemudian, Karin telah sampai di taman. Setelah selesai memarkirkan motor, tiba – tiba seseorang menabraknya. Karin terkejut. Ia tambah terkejut lagi ketika tahu siapa orang yang telah menabraknya itu.
“Karin?!”
“Radith?!”
“Ngapain lu ada di sini?”
“Harusnya gue yang nanya! Kenapa, sih, lu harus selalu ada di mana – mana dalam hidup gue?! Nggak puas apa lu, tiap hari ngerjain gua di sekolah?!” seru Karin sewot dan langsung berlari meninggalkan Radith. Radith tertegun mendengar bentakan Karin. Tapi, ia tak berkata apa – apa.
               Karin segera menuju sebuah bangku yang berada di dekat air mancur di tengah taman. Tapi, tak ada seorangpun di sana, selain anak – anak yang sedang bermain gelembung sabun.
“Katanya, dia akan datang dengan pakaian serba biru, pukul 5 tepat… Tapi, sekarang, kan, masih jam 5 kurang 5 menit. Aku tunggu saja lagi…” ujar Karin dalam hati. Lima menit kemudian, seseorang dengan pakaian serba biru datang dan menghampirinya. Tapi Karin malah jadi cemberut. Ia yakin betul itu bukan yg ditunggunya. Yups! Sebab orang itu adalah….Radith!
“Ngapain, lu ngikutin gua ke sini, juga?!” seru Karin sewot.
“Siapa yang ngikutin lu, gua janjian sama seseorang di sini! Elu kali, yang mata – matain gua!”
“Diih…gua juga lagi janjian sama seseorang di sini! Gua mau ketemu sama pangeran gua, Prince Eric, namanya!”
“Haa?! Jadi…elu yang pake akun FB Princess Sugarplum itu?”
“Ha?! Lu tau dari mana? Apa jangan – jangan lu…”
“Jadi, selama ini?!” seru keduanya kompak.
“Huh! Jadi Princess gua itu elu?!”
“Idih…siapa juga yg mau jadi Princess lu! Jangan harap!” seru Karin seraya langsung meninggalkan Radith.
               Sejak itu pun Karin tak pernah lagi chatting dengan Radith yang selama ini dikenalnya dengan Prince Eric itu. Radith pun tak pernah mengisenginya lagi di sekolah. Namun lama – kelamaan, ada rasa tidak nyaman juga yang timbul di hati Karin. Ia merasa kehilangan sekaligus dua sosok yang selama ini membuat hidupnya lebih berwarna. Sosok yang selalu menjadi tempat curhatannya, dan penghibur saat dia sedih, serta sosok yang selalu harinya di sekolah menjadi lebih seru, meski sering kali membuatnya jengkel pula.
“Prince Eric hanyalah pangeran dalam dongeng. Kisah bahagia Prince Eric dan Princess Sugarplum hanyalah dalam dongeng pula. Dan dongeng itu tidak nyata! Dongeng hanyalah fiksi!” Itulah yang selalu diucapkan Karin saat ia merindukan keadaan yang dulu lagi…
               Sudah lebih dari dua minggu Radith tidak mengisengi Karin lagi di sekolah. Mereka pun tak pernah saling menyapa. Sampai suatu hari, saat jam istirahat, Karin menemukan sebuah kotak hadiah kecil di kolong mejanya.
“Apa ini kado iseng dari Radith lagi?” piker Karin dalam hati. Dengan hati – hati, Karin pun membuka kado tersebut. Dan ternyata……
               Karin terbelalak melihat isinya. Ternyata bukan katak atau mainan ular seperti biasanya. Karin menemukan sebuah kartu bergambar hati yang dihiasi glitter di dalamnya. Indah sekali! Ia juga menemukan selembar kertas bergambar kolam ikan di sebuah taman. Di pojok bawah kertas tersebut, terdapat tanda tangan pengirimnya…Radith!
               Karin langsung mengerti maksud hadiah itu. Ia pun segera menuju halaman belakang sekolah. Di sana ada sebuah kolam ikan yang cantik, dan Karin pun menuju ke sana. Seperti dugaannya, Radith telah menantinya di sana.
“Karin…,” ucap Radith, “Elu suka hadiah dari gua?” Tanya Radith agak gugup.
               Karin hanya tersenyum, dan wajahnya memerah.
“Karin…Sorry kalo selama ini gua sering ngisengin lu. Tapi, sekarang gua baru sadar, kalo ternyata…gua…gua suka sama lu. Lu mau nggak, jadi pacar gua?” Tanya Radith penuh harap.
“Radith, sebenernya…gua juga baru sadar, kalo ternyata…gua …suka sama lu juga…,” ucap Karin malu – malu.
“Jadi, lu mau jadi pacar gua, kan?” kejar Radith, tak sabar.
               Karin mengangguk. Dan entah kapan datangnya, tiba – tiba seluruh teman – teman mereka bertepuk tangan dan bersorak meriah.
               Akhirnya, sang Putri dan Pangeran pun bersatu. Dan terbukti, kisah Pangeran dan Putri yang Happy Ending bukan hanya ada di dongeng!
***

Oleh : Firdausi F.L
Diposkan oleh : Teddy Silvanus