Minggu, 13 April 2014
BALLADA NURLAILA
Wangi pandan tubuhmu dan sorot mata yang tabu.
Mengumbar guna-guna sampai ke ubun-ubun.
Sedang bibirmu merah anggur mengutuki cinta yang kelu.
Terbawa air sungai jantan keruh di hulu.
Maka lelaki datang setelah menelan dadamu, pengap di dalam menebas nafsu.
Dan jalannya kehidupan mengikuti angin meninggalkan ujung tanya.
Setelah usai gadis kecil merangkak mencari tahu kemana ayahnya.
Meledaklah tangisnya tiada kata.
Bulan terpotong melata di kegelapan.
Setelah gemetar ranjang mempelai dan kini mata saling berpamitan.
Cinta telah bertanduk dan menolak satu biduk gelombang kehidupan.
Namun darah telah mengalir meski atap ranjang belum di siapkan.
Begitulah Nurlaila.
Menggelapar dalam cinta bagai ikan kehausan.
Pada awal segala taruhan gairah birahi di tawan.
Maka pada bunga yang tumbuh kelopaknyapun mudah rapuh.
Tinggalah air susumu di dada tak bermadu.
Dan padanya pula gairah hancur kelabu.
Lelaki dengan mata kejora yang telah membiusmu.
Pergi menempuh jalan yang jauh melewati subuh dan tangisan bayimu.
Tak ada apa-apa selain kenangan mengetuki pintu hati yang berkabung.
Maka terpojoklah Nurlaila dalam bingung terkurung.
By : Putra Kamdal
Di poskan oleh : Teddy Silvanus
#TsL_P09
0 komentar:
Posting Komentar