Sabtu, 04 Juli 2015
Cerpen Cinta Romantis
SENSASI MURID BARU
Minggu pagi adalah hari yang paling disukain sama Tama, remaja laki-laki hampir dewasa ini ngabisin hari minggu dengan main musik. Kenapa dia ambil hari Minggu? Karena hanya hari Minggu lah jadwal dia yang kosong. Maklum, Tama anak kelas XII di SMA favorit di daerah Bogor.
Keseharian Tama di sekolah biasa aja, sama halnya seperti laki-laki yang lain. Hanya saja, Tama tipe laki-laki yang ga tertarik sama perempuan. Dia jutek sama perempuan, padahal kalo di bilang-bilang sih tampangnya imut juga. Tama pernah bilang ke temen-temennya bahwa “Kalo gue pacaran, itulah gadis yang gue pilih buat pendamping hidup gue seumur hidup. Sorry ya gue ga suka main-main sama cewe”. Itulah kata-kata mutiara yang Tama punya.
***
Suatu hari di kelas Tama, ada murid baru perempuan bernama Tara. Tara itu tipe perempuan yang cukup care sama penampilannya. Pertama kali Tama melihat Tara, Tara memakai baju seragam seperti anak sekolah lainnya. Tapi, Tara memakai pernak-pernik yang menurut Tama terlihat berlebihan.
Bel istirahat berbunyi, entah setan apa yang masuk ke dalam pikiran Tama. Tanpa basa-basi lagi Tama menghampiri murid baru itu.
“Lo mau sekolah neng?”, Tanya Tama, prilakunya tersebut langsung menangkap perhatian temen-temen sekelasnya, khususnya bagi para cewe.
“Iya gue mau sekolah, ga usah ngajak ribut duluan deh! Lo siapa sih?”, bentak Tara.
“Ohhh, maaf. Gue salah”, ucap Tama ketus.
“Heyyyy, denger gue ya. Besok gue bakal ngerubah drastis penampilan gue. Liat aja!”
Karena kesal Tara langsung melepas pernak-pernik yang ia pakai di tangannya maupun yang menempel pada rambut panjangnya. Hari itu Tara memang apes banget, secara lah Tara murid baru di sekolah itu. Masa baru pertama kali masuk udah buat ribut? Ya lupakan saja soal itu. Masalanya Tara harus merubah penampilannya secara drastis besok. Kalo engga, wahhh siap-siap aja nerima malu dari si angry itu.
Begitu bel pulang sekolah berbunyi Tara langsung pergi berlari ke rumahnya, jarak rumahnya sama sekolahnya memang dekat. Cukup berjalan lima menit sudah sampai. Tiba di rumah, Tara membuang semua pernak-pernik keperempuanan yang dia punya. Dan dia kembali seperti dulu, yaitu Tara yang tomboy. Yaaa itulah penampilannya waktu dulu. Rambut emang boleh panjang, tapi penampilannya itu yang cowo banget. Baju kaos oblong, bawahan jeans, memakai sepatu kets warna coklat, dan menggendong tas ransel warna hitam yang isinya baju basket. Yaa, itulah Tara yang sebenarnya. Tara lebih cocok dan nyaman dengan penampilan seperti itu. Sebenarnya yang menyuruh Tara penampilan seperti cewe banget itu mamahnya. Tapi Tara ga nyaman, dan ditambah perkataan si angry itu yang membuat Tara semakin kesal dan panas.
***
Tiba di sekolah, sesampainya di kelas mata semua anak-anak tersorot sama penampilan baru Tara. Rambut panjang diikat satu, sepatu warna coklat - sejenis sepatu olah raga gitu, tas warna hitam, dan jaket coklat tanpa corak yang mencolok. Tapi sayangnya, Tama ga masuk sekolah. Itu juga kata temen sebangkunya Tama. Inilah lanjutan nasib buruk Tara. Sebenarnya, Tara ingin marah. Tapi malu dong, muka mau ditaro dimana nanti?
Beberapa lama kemudian, datanglah Tama. Dengan ekspresi wajah tertawa geli melihat penampilan muka kusut Tara.
“Gue tuh udah datang dari tadi pagi Tarrrr, makanya teliti dong. Gue tau rumah lo sekarang. hahaha”, sungguh aneh sikap Tama sekarang. Tama yang biasanya jutek abis ke cewe. Sekarang dengan gampangnya member sedikit perhatian dia kepada teman barunya itu.
“Oke. Kita belum kenalan, gue Tama dan lo Tara”
“Yaa, itu benar”
Kringg kring kringgg, akhirnya bel masuk bunyi juga. Itulah yang selama ini Tara nanti-nanti. Untuk menghindar dari Tama angry.
“Tam, lo naksir ya sama murid baru itu?”, Tanya Ikbal, teman sebangku Tama.
“Hhhhh, urusan nanti itu. Gampang lahhh. Tunggu aja tanggal mainnya boy”
***
Berbulan-bulan terus seperti itu, Tama ga nyangka ternyata perempuan yang udah dia malu-maluin di depan kelas, bisa jadi perempuan yang mungkin bisa nemenin dia seumur hidup. Karena Tama memang suka kepada Tara. Hari H nya pun datang. Kesempatan banget buat Tama, Tara lagi main basket sendirian di lapangan, kebetulan jam pelajaran emang udah bubar. Dan, Tama memang sengaja bawa gitar ke sekolah. Tunggu apa lagi? uuntuk pertamakalinya Tama akan menyatakan perasaannya kepada perempuan yang telah dia percaya dengan sebuah alunan musik. Karir Tama pun dimulai pada hari ini.
Suara gitar bergema dan bersatu padu dengan suara angin. Suara merdu Tama sempat membuat hari Tara kagum. Tapi Tara berfikir Tama emang lagi nyanyi-nyanyi sendiri. Dan pada akhirnya Tara teriak ”Tam, lo kenapa sih? Kalo mau nyanyi di kelas aja deh”
“Lo ga ngerti apa maksud gue Tar?”, Tanya Tama heran.
“Emang maksud kamu apa?”. Mendengar pertanyaan itu, Tama histeris berteriak, ya Tuhaannnn ini perempuan kenapa sih? Kira-kira dia tau ga yang namanya suka itu? Tama seakan menjerit didalm hari dan memgatakan itu semua.
“Taraaaaa, jangan sok ga ngerti deh. Gue tuh suka sama lo. Lo mau hidup bareng gue?”
“Apa? Sorry Tam, gue ga pernah pacaran. Waktu pertama kali gue masuk sekolah ini gue dadan cewe abis kan? Nah itu tuh biar gue punya pacar. Itu juga disuruh mamah gue”, jawab Tara. Mendengar penjelasan itu Tama ga ngerti apa maksud dari semua ini.
“Jadi gimana?”, Tanya Tama.
“Gatau deh, mungkin ga kali yaaaa. Eh, tapi tar dulu deh. Gue mau piker-pikir dulu. Dadah Tama gue pulang dulu yaa”. Langkah cepat Tara menandakan bahwa Tara gugup. Tama yakin, sebenarnya Tara tak mau pulang dulu. Tapi karena kejadian itu Tara jadi pulang. Kebetulan banget, anduknya Tara ketinggalan di lapangan basket. Ya dari pada diambil orang, lebih baik Tama anterin ke rumahnya Tara.
“Taraaaaaaaaaaaaaaa, ini gue Tama mau ngembaliin anduk lo yang ketinggalan”. Tara pun keluar dari rumahnya, dan segera mengambil anduk itu. “Makasih, gue mau jadi pacar lo Tam”, setelah mengucapkan kalimat itu Tara segera masuk ke dalam rumah, dan mengunci pintu rumahnya. Dipikiran Tama semuanya buyar, Tama tidak percaya itu.
***
Sebulan berlalu, Tara merasa Tama adalah cowo yang playboy. Padahal kata temen sebangkunya, Tama itu orang yang serius, tapi Tara tetep ngerasa Tama itu terlalu deket sama cewe. Ya mungkin karena Tara terlalu cemburuan. Tapi pada waktu tes speaking bahasa inggris, Tama menceritakan pengalaman ia bersama teman perempuannya. Saat Tama menceritakan pengalamannya itu dan menyebutkan nama cewe yang terlibat, semua anak-anak di kelas seretak teriak “Adeuhhhhhhhhhhhh”. Gila dong gimana perasaannya Tara saat itu, dia langsung malu abis sekaligus cemburu. Kenapa temen-temen sekelasnya tega ngomong kaya gitu? Sementara ada Tara disanan yang lagi nyimak Tama speaking. Dimu;ai dari kejadian itulah Tara sering melamun dan pasang wajah jutek ke Tama. Dan Tama pun ikut-ikutan marah.
Tama ga abis pikir bahwa Tara bisa tiba-tiba ngejutekin tanpa ngasih alas an yang jelas. Tama ngerasa lebih nyaman gaul sama anak perempuan lain ketimbang pacarnya sendiri. Saat ini dia telah mengetahui bahwa kehadiran sosok perempuan di mata laki-laki itu sangat lah berharga. Tama mulai emosi kepada Tara. Tanpa berfikir dua kali pranggggg kaca figura organigram kelas berhasil dipecahkannya dengan cara di tonjok. Tangannya berdarah cukup banyak, Tara melihat semua kejadian itu. Namun ia labih memilih dia, dari pada mendekati Tama, karena ia takut. Tara sadar semua ini salahnya, karena Tara tidak memberi tahu Tama tentang semua perasaan yang ia rasakan, tapi itu semua demi Tama. Tara ga mau Tama jadi terbatas lagi jika gaul sama perempuan. Tara rela jika saat itu dia menjadi kaca yang dipukul Tama.
Masih di kelas Tama dan Tara, Tama menyendiri di tangga depan koridor. Sedangkan Tara mengobrol dengan teman-teman sekelasnya. “Tarrrr, cepet keluar. Tanya Tama kenapa” ucap Fadli kepada Tra sambil menggeret Tara ketempat Tama menyendiri. Tara udah berdiri tepat di depan Tama dan memandang mata Tama, tapi Tama sama sekali tidak memberikan respon akan tatapan Tara. “Ngomongg tar cepet. Kalo engga Fadli bakal ngajatuhin diri”sambil berdiri di pembatas koridor bersiap untuk loncat kebawah. “Cepet Tarrr. Oke Fadli bakal loncat. Heh kamu! Rekamin gue ya. Satuuuu, duaaaaa tiiiiig”
“Iii iya iya gue ngomong”jawab Tara sambil teriak.
“Lo kenapa Tam?”satu kali Tara bertanya
“Tam?”dua kali Tara bertanya
“Tam? Kenapa sih?”dan sudah tiga kali Tara bertanya
Dan “Gue nanya, perlu gue ngelakuin gitu lagi?”tanya Tama ketus
“Ga, ke gua aja tonjoknya Tam, biar puas”jawab Tara
Seusai Tara melontarkan kalimat itu kepada Tama, Tama tidak lagi menjawab pertanyaan Tara. Dan Tara pun pergi ke kelas. Disaat Tara berjalan ke kelas, tangan Tara digenggam oleh seseorang, Tara gatau itu siapa. Saat dia balik ke belakang, dilihatnya adalah Tama dengan muka dingin. Ternyata tangan yang meenggenggam tangan Tara adalah Tama.
“Gue janji ga akan ngelakuin itu lagi Tar” kata Tama dengan suara yang lembut, beda seperti tadi.
0 komentar:
Posting Komentar